Malam
itu di kota Surabaya, suasana amatlah sepi dan sunyi. Tak seperti biasanya.
Langit pun terlihat gelap. Bulan dan Bintang nampaknya enggan memancarkan sinar
sedikitpun. Mereka memilih bersembunyi di balik kegelapan malam. Di balik tirai,
aku duduk seorang diri di atas kasur. Diam dan termenung, merasakan dinginnya
malam yang merasuk ke pori-pori tubuhku. Entah apa yang ada di pikiranku saat
ini. Pikiranku bagaikan melayang ke luar angkasa mengelilingi planet-planet
tanpa arah dan tujuan. Aku tertunduk, menangis sesengguhkan teringat masalah
yang datang menghampiriku.
Seminggu
yang lalu, Ibu telah menghadap sang Ilahi. Karena kepergiannya, Ayahku sangat
terpukul sehingga aku pun diabaikan dan jarang diberi kasih sayang seperti
dulu, Sahabatku tidak pernah memperdulikanku, mereka sibuk mengurusi urusannya
masing-masing, dan besok ayahku akan pergi ke Malang karena pekerjaannya
dipindah ke sana untuk selamanya. Aku dan Ayah akan pindah rumah disana, mau
tidak mau aku juga harus ikut Ayah ke Malang.
Lamunanku
terpecah saat Adzan Isya’ telah dikumandangkan.
